MEMBACA KRITIS DAN KREATIF
MEMBACA KRITIS DAN MEMBACA KREATIF
MEMBACA KRITIS
A. Pengertian
membaca kritis
Membaca kritis
adalah cara membaca dengan melihat motif penulis, kemudian menilainya. Membaca
kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan memberikan suatu
penilaian. Membaca kritis bukan berarti kita seorang pembaca sama sekali tidak
menerima pikiran penulis seperti halnya orang yang menutup dirinya terhadap
gagasan orang lain dengan suatu prasangka antara lain: kurang ilmiah, tidak
akurat, dan lain sebagainya. Menurut albert sebagaimana dikutip oleh Tarigan
(1982:89), membaca kritis adalah sejenis kegiatan membaca yang dilakukan secara
bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis dan bukan
hanya mencari kesalahan belaka.
B. Langkah-langkah
Membaca Kritis
1. Mengerti
isi bacaan, yaitu mengenali fakta-faktanya dan menginterpretasikan apa yang
kita baca.
2. Menguji
sumber penulis, termasuk juga diuji pandangan dan tujuan serta asumsi yang
tersirat dalam penulisan untuk membedakan bahan yang disajikan sebagai opini
dan fakta.
3. Ada
interaksi antara penulis dan pembaca.
4. Menerima
atau menolak, artinya kita boleh percaya, curiga, meragukan, mempertanyakan,
atau tidak memercayai, jangan berkesimpulan bahwa sesuatu yang tercetak selalu
benar.
Untuk melakukan kegiatan
membaca kritis, ada empat macam persyaratan pokok, yaitu:
1.
Pengetahuan
tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bahan bacaan yang sedang dibaca.
2.
Sikap
bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa.
3.
Penerapan
berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah.
4.
Tindakan
yang diambil berdasarkan analisis atau pemikiran tersebut.
Manfaat penting bagi
pembaca kritis:
1.
Pemahaman
yang mendalam dan keterlibatan yang padu sebagai hasil usaha menganalisis
sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan bacaan.
2.
Kemampuan
mengingat yang lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagai hubungan yang
ada di dalam bahan bacaan itu sendiri dan hubungan bahan bacaan itu dengan
bacaan lain atau dengan pengalaman membaca.
3.
Kepercayaan
terhadap diri sendiri yang mantap untuk memberikan dukungan terhadap berbagai
pendapat tentang isi bacaan.
C. Proses
Membaca Kritis
Menurut
Harjasujana (dalam Dalman, 2017:122) menyatakan proses membaca kritis dikenal
tiga cara, yaitu:
1.
Membaca
pada baris, yakni untuk dapat mengikhtisarkan keseluruhan bacaan dan mengenal
bagian-bagian sebagai bahan pijakan yang kuat untuk memberikan penilaian
terhadap isi bacaan tersebut.
2.
Membaca
di antara baris, yakni menganalisis apa yang dimaksud oleh pengarang yang
sesungguhnya, khususnya tersirat.
3.
Membaca
di luar baris, yakni untuk mengevaluasi relevansi ide-ide yang dituangkan di
dalam bahasan bacaan tersebut.
Kedua cara membaca
di antara baris dan membaca di luar baris tersebut meliputi penggunaan empat
macam cara, yakni dengan menanyakan, menyimpulkan, menghubungkan dan
menilai/menempatkan. Dengan jalan bertanya pembaca membuat sebuah dialog dengan
pengarang. Dengan jalan membuat kesimpulan atau inferensi, pembaca dapat
menampakkan berbagai asumsi dan implikasi yang tersirat di antara baris.
Pembaca membuat hubungan antara pikiran satu dengan pikiran lainnya dapat
melahirkan dasar-dasar untuk membandingkan pendapat. Dengan jalan menilai
pembaca akan sampai pada suatu pengambilan keputusan tentang nilai bahan
bacaannya berdasarkan ukuran-ukuran tertentu.
D. Aneka
Kemampuan untuk Meningkatkan Sikap Kritis
Menurut Nurhadi
(dalam Dalman, 2017:123) berikut latihan untuk meningkatkan sikap kritis:
Kemampuan mengingat dan mengenali, yaitu
mengenali ide pokok paragraf, mengenali tokoh-tokoh cerita beserta
sifat-sifatnya, menyatakan ide pokok paragraf, menyatakan kembali gagasan utama
yang terdapat dalam bacaan, menyatakan kembali perbandingan, unsur hubungan,
sebab-akibat, karakter tokoh dan sejenisnya.
1.
Kemampuan
menginterpretasikan makna tersirat. Pembaca harus mampu menafsirkan ide-ide
pokok dan ide-ide penunjang yang secara eksplisit tidak dinyatakan oleh
pengarangnya, serta harus mampu membedakan fakta-fakta yang disajikan secara
kritis.
2.
Kemampuan
mengaplikasi konsep-konsep dalam bacaan. Kemampuan mengikuti petunjuk-petunjuk
yang terdapat dalam bacaan, menerapkan konsep-konsep atau gagasan-gagasan utama
ke dalam situasi baru yang problematis, menunjukkan kesesuaian antara gagasan
utama dan situasi yang dihadapi.
3.
Kemampuan
menganalisis isi bacaan. Kemampuan memberikan gagasan utama bacaan, memberikan
detail-detail atau data-data penunjang, mengklasifikasi fakta-fakta,
membandingkan antara gagasan yang terdapat dalam bacaan, membandingkan
karakteristik tokoh yang terdapat dalam bacaan.
4.
Kemampuan
membuat sintesis. Kemampuan membuat kesimpulan bacaan, mengorganiasikan gagasan
utama bacaan, menentukan tema karangan, menghubungkan data-data sehingga
diperoleh sebuah kesimpulan, membuat ringkasan atau ikhisar.
5.
Kemampuan
menilai isi bacaan. Pembaca tidak begitu saja memercayai terhadap apa-apa saja
yang dibacanya, sebelum dilakukan proses pengkajian terlebih dahulu. Kemampuan
menilai gagasan utama, kemampuan menilai dan menentukan bahwa pernyataan adalah
fakta atau sekedar sebuah opini saja, kemampuan menilai dan menentukan apakah
sebuah bacaan diangkat berdasarkan realitas atau hanya didasarkan atas fantasi
pengarangnya saja.
E. Manfaat
Membaca Kritis
Membaca kritis
merupakan upaya penggalian lebih dalam untuk menemukan kebenaran mengenai apa
yang dikatakan, dan menemukan alasan-alasan mengapa seorang penulis mengatakan
apa yang dilakukannya. Membaca kritis merupakan modal utama bagi mahasiswa
untuk mencapai kesuksesan dalam studinya. Pada tahap membaca kritis ini pembaca
dituntut untuk menganalisis atau menelaah secara mendalam dan mengevaluasi isi
teks yang dibacanya.
MEMBACA
KREATIF
A. Pengertian
membaca kreatif
Membaca kreatif
yaitu proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang
terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau
mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan. Istilah kreatif
berarti tindak lanjut setelah seseorang melakukan kegiatan membacanya, jika seseorang
membaca lalu berhenti pada saat setelah ia membaca bukunya, maka dirinya tidak
dapat dikatakan sebagai pembaca kreatif, sebaliknya jika setelah membaca di
melakukan aktvitas yang bermanfaat bagi peningkatan kehidupan baru dia
dikatakan sebagai pembaca yang kreatif (Nurhadi, 2004).
Pratiwi dan
Subyantoro (2003) mengatakan bahwa membaca kreatif adalah tindakan tertinggi
dari kemampuan membaca seseorang dan kemampuan membaca kreatif, artinya
seseorang pembaca yang baik adalah membaca tidak hanya sekedar menangkap makna
tersurat (reading of lines), tetapi juga mampu secara kreatif menetapkan hasil
membacanya untuk kepentingan sehari-hari.
Dalam membaca
kreatif, membaca dituntut mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis, kemudian
membandingkannya. Proses yang lebih penting dari kegiatan membaca kreatif itu
tidak sekedar menangkap makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga menerapkan
makna dan maksud bahan bacaan, tetapi bacaan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga dapat diharapkan dapat melakukan
aktivitas bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidupnya berdasarkan informasi
dari bacaan dengan menerapkan informasi diharapkan.
Menurut Burdansyah
(dalam http://burdansyah.blogspot.com), membaca kreatif adalah membaca yang tidak
berhenti setelah bacaan atau buku tuntas dibaca, dan masih ada proses tindak
lanjut yang tujuan akhirnya berupa peningkatan kualitas hidup dan tingkatan
kualitas hidup yang paling bermakna dalam kegiatan membaca adalah membaca
kreatif.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat
disimpulkan bahwa membaca kreatif adalah sebuah proses membaca yang tidak
hanya menangkap suatu makna, tetapi setelah kita membaca seseorang harus dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mengkombinasikan
pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan.
B. Ciri-ciri
membaca kreatif
Menurut Nurhadi
(2004), sebagai seorang pembaca kreatif harus dapat memenuhi kriteria berikut:
1.
Kegiatan
membaca tidak berhenti sampai pada saat menutup buku.
2.
Mampu
menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari
3.
Munculnya
perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca selesai.
4.
Hasil
membaca berlaku sepanjang masa.
5.
Mampu
menilai membaca secara kritis dan kreatif bahan-bahan baca.
6.
Mampu
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang dibaca.
Menurut Burdansyah
(dalam http://burdansyah.blogspot.com), banyak hal yang akan terjadi pada
seorang pembaca kreatif. Beberapa diantaranya adalah:
1.
Mamapu
memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dangan kebutuhan atau
minatnya .
2.
Tampak
kemajuan dalam cara berfikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
3.
Terbentuk
kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berfikir.
4.
Tampak
wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap
suatu persoalan.
5.
Ada
peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
6.
Semakin
berfikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
C. Latihan-latihan
membaca kreatif
Membaca kreatif perlu
diadakan serangkaian latihan keterampilan. Berbagai latihan tersebut ialah:
1.
Keterampilan
mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya.
2.
Keterampilan
membuat resensi buku.
3.
Keterampilan
memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku.
4.
Keterampilan
mengubah buku cerita prosa (cerpen, novel) menjadi naskah drama atau sandiwara.
5.
Keterampilan
mengubah buku cerita prosa.
6.
Keterampilan
mementaskan naskah drama yang telah dibaca.
7.
Keterampilan
mengubah bentuk puisi menjadi prosa (cerpen atau novel)
8.
Keterampilan
melakukan teori celup, misalnya setelah membaca cerpen, pembaca akan membuat
cerpen, dan lain-lain (Nurhadi, 2004)
Membaca kreatif dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.
Menarik
kesimpulan yang dibaca
2.
Melanjutkan
pemikiran penulis
Membaca kreatif
yang bertujuan membaca untuk memahami pikiran pengarang diperlukan beberapa
ketangkasan dan belajar (Nurhadi, 2004), yaitu:
1.
Melihat
rencana pengarang.
2.
Mengerti
gagasan inti.
3.
Mengerti
fakta-fakta dan detail yang penting.
4.
Menghubung-menghubungkan
fakta dan merangkum apa yang dikatakan pengrang.
5.
Mendapatkan
kesan umum dari buku atau karangan.
D. Tujuan
membaca kreatif
Membaca kreatif
bertujuan agar para siswa terampil berkreasi dalam hal-hal dramatis,
interpretasi lisan atau music, narasi pribadi, ekspresi tulis, dan ekspresi
visual. Menurut Tarigan (1994), membaca kreatif bertujuan sebagai berikut:
1.
Dramatisasi
Pada
tahap pertama siswa dilatih memberikan ekspresi dramatic terhadap para tokoh
serta ide-ide yang telah mereka temui dalam bacaan mereka. Selanjutnya pada
tahap kedua, siswa mendramatisasikan
tema-tema dari sastra dalam kaitannya dengan pengalaman-pengalaman
mereka sendiri atau situasi-situasi kontemporer. Tahap berikutnya, para siswa
diberi kesempatan untuk mempergunakan ironi, parodi, humor, dan aneka bentuk
drama lainnya untuk mentransformasikan isi penggalan-penggalan sastra ke dalam baca ekspresi, dalam hati, atau sudut pandang.
2.
Interpretasi
lisan atau music
Pada
tahap ini pertama dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang menggunakan bacaan
koor/Bersama secara sederhana diikuti oleh music yang serasi dengan bacaan itu
sebagai sarana pembantu dalam menginterpretasi sastra. Pada tahap kedua siswa
dilatih untuk memperbandingkan serta mengontraskan aneka ragam penggalan penggalan
sastra melalui interpretasi lisan dan music. Pada tahap berikutnya keterampilan
ini diperhalus lagi, siswa dilatih mengadakan eksperimen dan penafsiran lisan
dan music untuk mengubah suasana hati atau nada sastra. (Otto & Chester
dalam Tarigan,1994)
3.
Narasi
pribadi
Pada
tahap pertama siswa diberi kesempatan untuk menciptakan dan menghubungkan
cerita berdasarkan alur, gagasan, ide, peristiwa, atau tokoh dari bacaan
mereka. Pada tahap kedua, keterampilan itu dikembangkan dengan cara mendorong
para siswa menciptakan cerita berdasarkan pengalaman mereka. Kemudian, pada
tahap berikutnya para siswa membaca cerita-cerita, lalu menghubungkannya
setalah mengadakan perubahan untuk mengubah beberapa aspek seperti suasana
hati, nada, dan dampak cerita. Dalam kegiatan ini para siswa dituntut banyak
membaca serta dapat menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri, dengan gaya
bahasanya sendiri. (Tarigan,1984).
4.
Ekspresi
tulis
Tahap
pertama, siswa berlatih mempraktikkan ekspresi kreatif dengan cara menuliskan
kembali cerita-cerita yang pernah mereka baca. Para siswa didorong untuk
mengubah serta membentuk kembali peristiwa, tokoh, suasana hati, atau gagasan
yang diambil dari cerita aslinya dengan demikian mereka menciptakan versi
mereka sendiri (Tarigan,1994). Pada tahap kedua, para siswa menulis cerita dan
lakon asli yang menghubungkan beberapa aspek sastra dengan pengalaman pribadi
atau situasi kontemporer.
Pada
tahap ketiga, keterampilan tersebut ditingkatkan serta diperhalus dengan
mendorong siswa menuliskan kembali penggalan sastra dengan mengubah aspek yang
berkaitan dengan suasana hati, nada, gaya, mode, atau dampak cerita.
5.
Ekspresi
visual
Pada
tahap ini yang pertama dilakukan ialah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menciptakan suatu karya atau produk visual, seperti suatu gambar atau model
tanah liat, yang menggambarkan suatu adegan, objek, tokoh, ataupun gaya yang
berasal dari bacaan mereka.
Pada
tahap kedua, siswa menciptakan gambar visual yang menghubungkan beberapa aspek
bacaan mereka dengan pengalaman pribadi ataupun dengan situasi kontemporer.
Pada tahap selanjutnya, siswa menggubah aspek-aspek bacaan mereka melalui
gambaran-gambaran visual. Dengan latihan intensif dan bimbingan dari pihak guru,
maka berekspresi visual dapat ditingkatkan dalam membaca kreatif.
6.
Aneka
tujuan
Menurut
Tarigan (1984) dengan kegiatan membaca kreatif ini ada terdapat beberapa tujuan
yang hendak dicapai, yaitu:
Tujuan
tingkat A-C (kelas 1-2 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat:
·
Mendramatisasikan
tokoh-tokoh, perasaan, dan pergerakan dari karya sastra yang dibacanya.
·
Memberikan
interpretasi lisan dan music dari karya sastra yang dibacanya.
·
Mengisahkan
atau menuturkan cerita berdasarkan tokoh atau tema kaya sastra yang dibacanya.
·
Menulis
(atau mendiktekan) cerita berdasarkan tokoh atau tema dari karya sastra yang
dibacanya
·
Menciptakan
gambaran visual dari suatu adegan, objek, tokoh, atau gagasan dari karya sastra
yang dibacanya.
Tujuan
tingkat D-E (kelas 3-4 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat:
·
Mendramatisasi
tema-tema dari karya sastra dalam hubungannya dengan pengalaman-pengalaman
pribadi ataupun dengan situasi kontemporer.
·
Menyajikan
interpretasi lisan dan musik dari karya sastra yang dibacanya serta yang ada
hubungannya dengan itu.
·
Menciptakan
cerita-cerita asli mengenai pengalaman-pengalaman pribadi ataupun situasi
kontemporer berdasarkan karya sastra.
·
Menulis
cerita-cerita atau lakon-lakon yang menghubungkan beberapa aspek sastra dengan
pengalaman pribadi ataupun situasi kontemporer.
·
Menciptakan
gambaran-gambaran visual yang menerapkan tema tertentu dari karya kepada
pengalaman pribadi ataupun situasi kontemporer.
Tujuan
tingkat F-G (kelas 5-6 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat:
·
Memanfaatkan
drama untuk mengubah isi sastra menjadi mode-mode, suasana hati, atau sudut
pandang yang berbeda.
·
Mengubah
mode, suasana hati, ataupun sudut pandangan sastra sastra melalui interpretasi
lisan dan music.
·
Menciptakan
cerita dengan mentransformasikan atau mengubah mode, suasana hati, atau sudut
pandang karya sastra yang dibacanya.
·
Menulis
kembali sepenggal karya sastra dengan mengubah mengubah mode, suasana hati,
atau sudut pandang karya seperlunya.
·
Menciptakan
gambaran visual beberapa aspek sastra yang dibacanya yang mengubahnya menjadi
mode, suasana hati, atau sudut pandang yang berbeda dari yang semula (Otto
& Chester,1976:167 dalam Tarigan, 1994)
E. Manfaat
membaca kreatif
Pada dasarnya
seorang pembaca dituntut untuk mampu membaca kreatif. Membaca pada tingkat ini
adalah membaca tingkat tinggi karena untuk membaca kreatif si pembaca harus
memahami terlebih dahulu beberapa tingkat sebelumnya. Adapun manfaat membaca
kreatif sebagai berikut:
1.
Dengan
membaca kita dapat menerapkan berbagai knowledge baru yang kita peroleh untuk
mengembangkan karir. Setiap membaca maka pembaca akan mendapatkan pengetahuan
yang baru dan pengetahuan tersebut akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas hidup dan karir pembaca.
2.
Meningkatkan
kemampuan dalam berbagai bidang sesuai kebutuhan masing-masing. Pengetahuan
yang baru didapatkan dari membaca dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan kita.
3.
Manfaat
penting yang didapat dari proses membaca pemahaman kreatif adalah untuk
menulis. Semakin banyak pengetahuan yang didapat dari bacaan maka semakin mudah
untuk menulis dan juga dapat digunakan dalam praktik menulis. Intinya, orang
yang membaca kreatif, ia tidak tinggal diam setelah selesi membaca. Ia akan
kreatif melakukan berbagai tindakan atas hasil membacanya baik secara lisan,
tulisan, maupun perbuatan.
sumber: Dalman. keterampilan membaca.
Komentar
Posting Komentar